Pukul 09.30 WIB, seminggu yang hape saya berdering. Rupanya wartawan Koran Jakarta telpon saya. “Hallo saya Agung dari Koran Jakarta, boleh bicara dengan Bapak?” begitu kira-kira ia memperkenalkan diri. Ternyata, Ia meminta saya untuk mengulas tentang film animasi untuk pendidikan.
Issu utama yang ia lontarkan adalah bagaimana menyisipkan tema pendidikan dalam hiburan. Dengan kata lain bagaimana membuat hiburan yang mendidik. Maka jawab saya, filosofinya harus dirubah. Jangan hiburan-pendidikan, tapi pendidikan yang menghibur. Jadi terkait dengan film animasi, kalau memang ingin mendedikasikan fima animasi pendidikan maka, paradigmanya harus diubah menjadi pendidikan-yang menghibur. Saya tidak sepakat dengan istilah edu-tainment harusnya entertaining-education. Film animasi pendidikan, akan menjadi film animasi pendidikan, kalau memang sedari awal film itu dibuat memang dedicated untuk pendidikan bukan dedicated untuk hiburan. Kalau diniatkan (dedicated) untuk hiburan maka peran pendidikan hanya akan emnjadi pelengkap penderita. Saya contohkan film animasi Ipin dan Upin. Film tersebut memang sejak awal didedikasikan untuk pendidikan sejak awal pembuatannya, namun dikemas sedemikian rupa sehingga menarik dan menghibur.
Nah untuk lebih lengkapnya ulasan saya dan ibu Peni Cameron, Direktur PT Citra Andra Media (CAM Solution/ CAMS) tentang mendedikasikan film animasi untuk pendidikan dapat dilihat di koran-jakarta edisi 1 Desember 2010 atau dapat dilihat secara online disini: mendedikasikan film animasi untuk pendidikan
Semoga bermanfaat,
SELAMAT EBRDJOEANG!