Hmmmmm tugas mata kuliah ini lumayan menantang. Harus baca bolak-balik baru dikit mudeng. Ternyata, salah strategi. Jelas kaga bakal mudeng, kalau langsung baca bab 1 seperti yang ditugaskan, tanpa terlebih dahulu memahami konteksnya. Konteksnya adalah transdisciplinarity. Jadi, pertama kali kita harus pahami dulu apa itu transdisciplinarity.

Slide pertama dalam bahan presentasi yang nanti bisa Anda donlot dibagian akhir, mengutip apa yang disampaikan oleh Sommervile sebagai berikut:

We speak the language of our discipline, which raises two problems: first, we may not understand the languages of the other disciplines; second, more dangerously, we may think that we understand these, but do not, because although the same terms are used in diferent disciplines, they mean something very different in each (Somerville, dalam Symposium Transdisiplin: Menstimulasi sinergi, memadukan pengetahuan, UNESCO, 1998)

Inilah dia pentingnya transcdisiplinarity, suatu disiplin tidak pernah berdiri sendiri seperti orang autis yang asik dalam dunianya sendiri. Om Somervile bilang, terkadang kita bicara dengan bahasa disiplin kita sendiri, yang justeru akan menghasilkan dua permasalahan. Pertama, kita mungkin tidak memahami bahasa disiplin lain. Kedua, ini yang lebih berbahaya, kita mungkin berpikir bahwa kita memahami bahasa disiplin kita, tapi ternyata tidak, karena mesikipun istilah yang sama digunakan dalam disiplin yang berbeda, istilah atau konsep tersebut memiliki makna yang berbeda, sangat berbeda.

Jadi, apakah yang dimaksud dengan transdisciplinarity? Kita ambil saja satu atau dua definisi sebagai beirkut:

Joint problem solving among science, technology and society (Julie Tomphson Klein, 2001)

Secara sederhana Om Tomphson mendefinisikan transdisciplinarity sebagai pemecahan masalah bersama antara sains, teknologi dan masyarakat. Satu definisi lagi lah biar mantap. Ini dia:

TransdiscipIinariy is integrating and transforming fields of knowledge from multiple perspectives to enhance understanding of problems to be addressed, in order to improve future choices. (Gavan McDonel, 1998)

McDonel agak lebih oprasional menjelaskan transdisciplinarity, yaitu mengeintegrasikan dan mentransformasi suatu bidang pengetahuan dai multi atau berbagai perspektif untuk meningkatkan pemahaman terhadap maslah yang dicoba dipecahkan untuk meningkatkan keputusan pilihan dimasa mendatang. Begitu kira-kira.

Dari definisi di atas, apakah transdisciplin sebagai disiplin baru atau pendekatan? Massimiliano menjelaskan sebagai beirkut:

Transdisciplinarity is not a discipline but an approach, a process to increase knowledge by integrating and transforming different perspectives. (Massimiliano Lattanzi, 1998)

Transdiscipline bukanlah suatu disiplin tapu suatu pendekatan, suatu proses untuk meningkatkan pengetahuan dengan mengintegrasikan dan mentransformasikan beragam perspektif yang berbeda-beda.

Sampai sini, saya mulai paham. Anda juga tentunya. Bukan begitu?

Berikutnya, apa bedanya antara interdisciline atau multidiscipline dengan transdiscipline? Ada juga jawabannya dari Mbah Massini. Ini dia:

The difference between an interdisciplinary and a transdisciplinary approach is as follows: in the former, disciplines offer a parallel analysis of problems (..); in the latter, disciplines offer their specific approaches and even basic assumptions, to a dialogue, in order to address complex issues together. In the case of transdisciplinarity, approaches and even methods are developed in a joint effort, something which is indeed difficuIt in complex societies, but very necessary ( . .) (Masini, 1998)

Perbedaan antara pendekatan interdisiplin dengan transdisiplin adalah sebagai beirkut. Interdisiplin menawarkan analaisis masalah secara paralel; sedangkan transdisiplin menawarkan pendekatan yang spesifik dan bahkan asumsi dasara, untuk suatu dialog, untuk memahami isu kompleks bersama. Dalam kasus transdiciplinarity, baik pendekatan maupun metode dikembangkan dalam suatu usaha bersama, sesuatu yang memang benar-benar sulit dalam masyarakat yang kompleks, tapi sangat dibutuhkan.

Jadi, pendekatan transdisciplinarity sangat dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan dalam masyarakat yang sangat kompleks ini. Tidak lagi setiap masalah dilihat secara parsial dari satu sisi, tapi harus mensinergikan dengan perspektif lain.

sebagai contoh, dalam slide presentasi ini saya analogikan dengan sebuah kursi dengan penyangga empat kaki yang membuat kita duduk nyaman. Pertanyaannya, apakah jika salah satu kakinya patah atau tidak berpfungsi, kenyamanan duduk kita berkurang 25%? Jawabannya ya, jika kita pandang dari persfektif operasi hitung matematika dasar (pembagian). Tapi kenyataanya, tidak demikian bukan? walaupun hanya 1 kaki kursi yang tidak berfungsi, kalau dilihat dari perspektif ergonomi, ternyata kenyamanan duduk kita jadi hilang lebih dari 25% bahkan mungkin 90%. Memecahkan masalah kenyamanan dalam duduk ternyata bukan hanya milik disiplin ilmu matematika, dan fisika, tapi juga biologi, ergonomi, dan mungkin bahkan psikologi berbicara disana. Anda tahu, Bill Gate mengembangkan software Microsoft untuk memecahkan satu masalah sederhana, yaitu "userfriendliness", harus menghire ahli dari berbagai disiplin mulai dari ahli mata, ahli komunikasi visual, ahli grafis, ahli psikologi, ahli komputer, ahli pemrograman, ahli fisika, dan banyak lagi ...

Sampai sini, pasti lebih paham lagi. Oke kita lanjutkan ...

Untuk memahami lebih jauh, bagaimana pendekatan transdisiplinarity digunakan untuk memahami suatu pengetahuan, berikut diberkan dua contoh pendekatan transdisciplinarity yang dilakukan oleh Edelman dan Changeux. Edelman berupayam memahami "kesadaran (consciousness)" dari perspektif neuroscience (teori tentang otak) dan psikologi. Sementara Changeux, lengkapnya Pierre Jean Changeux (Prancis), mencoba memahami tentang capable person (katakanlah orang yang mengenal jati dirinya dan perannya dalam dunia ini) dilihat dari perspektif neuroscience (teori tentang otak), sosial budaya, etika, dan agama.

Hasil Penelitian Edelman
Beberapa temuan Edelman dengan menggunakan pendekatan transdisciplinarity adalah sebagai berikut:
1. Kesadaran merupakan fenomena kompleks dalam persinggungan antara biologi dan psikologi. Teknologi MRI dan MEG, membantu Edelman menemukan teori bahwa antara biologi dan psikologi dalam konteks terjadinya “consciousness” bukanlah sesuatu yang terpisah, tapi saling overlap, saling berdamai, saling sinergi kasualitas timbal balik yang menyatukan keduanya walaupun memang keduanya berbeda.
2. OTAK BUKANLAH MESIN OTOMATIS
. Otak manusia, bukanlah sistem yang sudah given (predetermined), tetapi memiliki kapasitas bawaan untuk selalu berubah sesuai dengan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan psikologis dan sosial.
3. KONTEKS ADALAH SEGALANYA. Keadaan seperti tidur, bangun, sadar, tidak sadar, merupakan hasil dari interaksi dinamis khusus yang terjadi pada titik dimana fungsi otak, sistem memori, informasi terkiat dnegan konteks bertemu. Pengalaman kesadaran merupakan proses dinamik bukan suatu benda dalam dirinya.
4. KESADARAN SBG SUATU KONDISI DARI ORGANISASI SARAF . Tantangan penelitian neurosains adalah menjembatani gap antara ilmu alam dengan humaniora. Penelitian Edelman menunjukkan bahwa studi tentang kesadaran dewasan ini telah merupakan irisan antara ilmu neurobiologi, humaniora dan ilmu sosial.

Hasil Penelitian Jean-Pierre Changeux
Changeux mencoba memahami tentang kesatuan, perbedaan, dan diri sebagai orang lain. Fokus studinya adalah maslah capable person yang saya terjemahkan sebagai orang yang mengenal betul dirinya dan pernanya dalam dunia. Beberapa hasil studinya adalah sebagai berikut:
1. perkembangan sistem saraf terjadi dalam konteks lintasan individu dan dalam interaksi dengan konteks fisik dan sosial budaya.
2. kerumitan otak manusia, yang menyatukan pengetahuan tentang mekanisme genetika merupakan hasil interaksi yang konstruktif dengan nilai-nilai keragaman etnis dan budaya [Changeux, 2003].
3. Konsep diri atau kesadaran diri bukan sesuatu yang diperoleh langsung (immediate given). Tapi, terbangun melalui mediasi dengan orang lain. Capable person adalah produk dari kesleuruhan masa hidup sejak lahir sampai mati, sesuai dengan perannya dalam dunia sosial dan budaya.

Begitulah kira-kira peran pendekatan transdisciplinarity dalam upaya memahami suatu isu yang dalam realitanya kompleks alias saling terkait dilihat dari berbagai perspektif. Dengan pendekatan transdisciplin, kita berupaya memahami suatu hal secara utuh dan komprehensif.

Bahan presentasi, silakan donlot disini: uwes_transdisciplinarity_definisi_ dan_contoh_studi


References:
TRANSDISCIPLINARITY: “STIMULATING SYNERGIES, INTEGRATING KNOWLEDGE”, UNESCO, 1998.
S. Hamid Hasan, Transdisiplinarity dalam Pendidikan dengan Referensi Khsusu pada Kurikulum, Malkalah Seminar Transdisciplinarity, UNJ, 2007.

Share/Save/Bookmark