10 Prinsip Desain Multimedia Pembelajaran


Sebelumnya saya telah menulis tips slide presentasi, tips multimedia pembelajaran dari aspek desain pembelajaran. Kali ini tulisan tersebut saya perkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Richard E. Mayer (2001). Tulisan ini saya beri judul 10 prinsip desain multimedia pembelajaran. Apa sajakah gerangan prinsip-prinsip yang semestinya kita pegang ketika mengembangkan multimedia pembelajaran tersebut? Mari kita lihat hasil oleh kasus sebenarnya di Te Ka Pe... (oalah latah opera van java nih ...! untung yang ini dalangnya kagak bingung! :) ).

#1: Prinsip Multimedia

“Orang belajar lebih baik dari gambar dan kata dari pada sekedar kata-kata saja”

.
Namanya juga multimedia. Berarti wajib mampu mengkombinasikan berbagai media (teks, gambar, grafik, audio/narasi, video, animasi, simulasi, dll) menjadi satu kesatuan yang harmonis. Betul, ga? Tentu betul. Sebab kalau enggak namanya bukan multimedia tapi "single-media", kali ...
#2: Prinsip Kesinambungan Spasial

“Orang belajar lebih baik ketika kata dan gambar terkait disandingkan berdekatan dibandingkan apabila disandingkan berjauhan atau terpisah.”

.
Oleh karena itu, ketika ada gambar (or sodarenye nyang laen seperti video, animasi, dll) yang dilengkapi dengan teks, maka teks tersebut harus merupakan jadi satu kesatuan dari gambar tersebut, jangan menjadi sesuatu yang terpisah. Lihat contoh dalam slide presentasi saya. Donlot saja nanti dibawah ini setelah Anda baca semua prinsip, oke?

#3: Prinsip Kesinambungan Waktu

“Orang belajar lebih baik ketika kata dan gambar terkait disajikan secara simultan dibandingkan apabila disajikan bergantian atau setelahnya.”

.
Nah, ketika Anda ingin memunculkan suatu gambar dan atau naimasi atau yang lain beserta teks, misalnya, sebaiknya munculkan secara bersamaan alias simultan. Jangan satu-satu, sebab akan memberikan kesan terpisah or tidak terkait satu sama lain. Begitu kata mbah Mayer. Contohnya? donlot saja prsesntasi saya ... tuh ada di halaman akhir tulisan ini! :)

#4: Prinsip Koherensi

“Orang belajar lebih baik ketika kata-kata, gambar, suara, video, animasi yang tidak perlu dan tidak relevan tidak digunakan.”

.
Nah, ini yang sering terjadi. Pengalaman saya menjadi juri pengembangan media pembelajaran. Banyak sekali pengembang media mencantumkan sesuatu yang tidak perlu. Mungkin maksudnya untuk mempercantik tampilan, memperindah suasana atau menarik perhatian mata. Tapi, menurut mbah Mayer, hal ini sebaiknya dihindari. Cantumkan saja apa yang perlu dan relevan dengan apa yang disajikan. Jangan macam-macam! Begitu, kawan!

#5: Prinsip Modalitas Belajar

“Orang belajar lebih baik dari animasi dan narasi termasuk video), daripada dari animasi plus teks pada layar.”

Jadi, lebih baik animasi atau video plus narasi daripada suah ada narasi ditambah pula dengan teks yang panjang. Hal ini, sangat mengganggu. Hmmm mencontohkannya sulit juga nih. Donlot presentasi saya aja ya, noh ... disono di akhir tulisan ini.

#6: Prinsip Redudansi

“Orang belajar lebih baik dari animasi dan narasi termasuk video), daripada dari animasi, narasi plus teks pada layar (redundan).”

Sama dengan prinsip di atas. Jangan redudansi, kalau sudah diwakili oleh narasi dan gambar/animasi, janganlah tumpang tindih pula dengan teks yang panjang. Begitu, katanya ...

#7: Prinsip Personalisasi

“orang belajar lebih baik dari teks atau kata-kata yang bersifat komunikatif (conversational) daripada kalimat yang lebih bersifat formal.”

Hmmm emang betul. Saya lebih suka kata-kata lugas dan enak daripada bahasa teori... oleh karena itu, sebaiknya gunakan bahasa yang komunikatif dan sedikit ber-style.

#8: Prinsip Interaktivitas

“orang belajar lebih baik ketika ia dapat mengendalikan sendiri apa yang sedang dipelajarinya (manipulatif: simulasi, game, branching).”

Sebenarnya, orang belajar itu tidak selalu linier alias urut satu persatu. Dalam kenyataannya lebih banyak loncat dari satu hal ke hal lain. Oleh karena itu, multimedia pembelajaran harus memungkinkan user/pengguna dapat mengendalikan penggunaan daripada media itu sendiri. dengan kata lain, lebih manipulatif (dalam arti dapat dikendalikan sendiri oleh user) akan lebih baik. Simulasi, branching, game, navigasi yang konsisten dan jelas, bahasa yang komunikatif, dan lain-lain akan memungkinkan tingkat interaktivitas makin tinggi.

#9: Prinsip Sinyal (cue, highlight, ..)

“orang belajar lebih baik ketika kata-kata, diikuti dengan cue, highlight, penekanan yang relevan terhadap apa yang disajikan.”

Kalau yang ini ga usah dibahas. Jelas perlu itu. Kita bisa memanfaatkan warna, animasi dan lain-lain untuk menunjukkan penekanan, highlight atau pusat perhatian (focus of interest). Makanya kombinasi penggunaan media yang relevan sangat penting sebagai "cue". apa sih cue bahasa Indonesianya? help me donk!

#10: Prinsip Perbedaan Individu

“9 prinsip tersebut berpengaruh kuat bagi mereka yang memiliki modalitas visual tinggi, kurang berpengaruh bagi yang sebaliknya. Kombinmasi teks dan narasi plus visual berpengaruh kuat bagi mereka yang memiliki modalitas auditori tinggi, kurang berpengaruh bagi yang sebaliknya. Kombinasi teks, visual dan simulasi berpengaruh kuat bagi mereka yang memiliki modalitas kinestetik tinggi, kurang berpengaruh bagi yang sebaliknya.”

Nah, begitulah 10 prinsip yang sebaiknya kita pegang. Bagaimana menurut Anda? Kesimpulannya adalah: gunakan multimedia (kombinasi antara teks, gambar, grafik, audio/narasi, animasi, simulasi, video) secara efektif untuk mengakomodir perbedaan modalitas belajar!

Sesuai janji saya, lebih lengkapnya silakan donlot slide presentasi saya dibawah ini (versi pdf tapi, ya): 10 Prinsip Desain Multimedia Pembelajaran

Tagged as: , , , , , ,

Leave a Response

Kategori

Arsip

Back to Top