Tanggal 28 mei 2008, dalam rangka UG-ICT Award, alias Guna Darma ICT Award, Universitas Gunadarma mengadakan beberapa event, seperti pameran, penganugerahan, pelatihan dan lain-lain. Pokoknya komplit deh! Saya diundang untuk berbagi pengalaman dalam mengimplementasikan blended learning berbasis blog. Senang juga dapat berbagi dengan dosen-dosen muda Universitas Guna Darma….
Hmmmm…. ceritanya seperti ini …
“ Online learning is an open and distributed learning environment that used pedagogical tools, enabled by internet and web-based technologies, to facilitate learning and knowledge building through meaningful action and interaction.” (Dabbagh, et. al. 2005)
Definisi di atas mengilustrasikan bahwa dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet, pembelajaran menjadi lebih terbuka (open) dan fleksibel (flexible), terjadi kapan saja, dimana saja dan dengan dan kepada siapa saja di lokasi mana saja (distributed), berbasis komunitas. Namun perlu diingat disini bahwa teknologi internet dan web berperan sebagai “enabler” untuk memfasilitasi terjadinya peristiwa belajar dan pembangunan pengetahuan melalui proses yang interaktif dan bermakna.
Di sisi lain, dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi ini mendorong pendidik untuk meurbah paradigma pendidikan dari techer-centered learning menuju student-centered learning. Strategi pembelajaran tidak lagi hanya menerapkan pendekatan pembelajaran behavioristik, dan kognitifistik menuju pembelajaran konstruktifistik.
Dalam makalah ini penulis ingin berbagi pengalaman dalam menerapkan online learning sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran konvensional (hybrid/blended learning).
SKENARIO DIBALIK BLENDED LEARNING BERBASIS BLOG
Juni, 2007, penulis mencoba pendekatan pembelajaran konstruktifism dengan memanfaatkan blog (http://tpers.net) dan media komunikasi (communication tools) lain yang relevan yaitu forum, e-mail, chat, dan mailing list. Pendekatan pembelajaran ini dapat dikatakan sebagai blended learning yaitu kombinasi antgara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran online. Tujuannya adalah agar pembelajaran bisa lebih terbuka, terdistribusi (terjadi kapan saja, dimana saja, dengan siapa saja) dan berbasis komunitas, yaitu komunitas yang mengikuti pekruliahan dengan penulis.
Skenario pembelajaran yang terjadi adalah seperti ini. Penulis, sebagai dosen tetap menjalankan perkuliahan tatap muka regular seperti biasa. Namun, untuk beberapa tugas terstruktur dan tugas manidri baik yang bersifat individu maupun kelompok, penulis wajibkan untuk menuliskannya (posting) dalam blog http://tpers.net. Jadi, semua mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan penulis, harus register dib log tersebut terlebih dahulu dan mendapat status sebagau penulis (author). Untuk menjaga orisinalitas tulisan dan sekaligus mempermudah mahasiswa dalam mengungkapkan kajian atau hasil analisisnya, mahasiswa dibebaskan untuk menuliskannya dengan gaya bahasa popular. Setiap mahasiswa lain diwajibkan untuk membaca dan memberikan umpan balik terhadap minimal lima tulisan (posting) temannya yang lain. Aktifitas seperti ini, baik individu maupun kelompok dianggap sebagai bagian dari partisipasi (kehadiran) mahasiswa dan sekaligus portfolio mereka sebagai salah satu bahan penilaian (e-portfolio).
Penulis sebagai dosen juga dalam waktu tertentu memberikan tugas dan atau informasi penting lain melalui mailinglist (yahoogroups). Disamping itu, mahasiswa diberi kebebasan untuk chatting kapan saja dan dimana saja ketika dosen online.
Asumsi pendekatan konstruktifistik yang melandasi scenario di atas adalah pembelajaran reflektif. Artinya, jika mahasiswa mengkaji, menganalisis suatu teori atau masalah dan mengungkapkannya kembali dengan gaya bahasa dan ekspresinya dalam bentuktulisan yang diposting pada blog, maka diasumsikan mereka telah mengalami peristiwa belajar. Begitu pula halnya ketika mereka memberikan umpan balik terhadap karya tulis orang lain, diasumsikan mereka telah membaca dan belajar sesuatu disamping apa yang telah mereka terima ketika dalam perkuliahan tatap muka.
Apa hikmah dari skenario ini? Pertama, penulis menjadi sadar bahwa apa yang telah kita berikan ketika perkuliahan tatap muka belum tentu diterima dengan benar oleh mahasiswa. Setelah mereka mengungkapkan kembali melalui tulisannya yang di posting dalam blog tersebut, kita jadi tahu dimana kekeliruan mereka dan saat itulah kita sebagai dosen dapat memberikan umpan balik yang relevan. Kedua, dosen tidak menjadi satu-satunya sumber rujukan. Mahasiswa dapat belajar dari temannya yang lain dan juga sumber belajar lain baik buku maupun sumber belajar elektronik yang tersebar luas di internet.
Hidden agenda lain yang dapat diungkapkan di sini adalah sebagai berikut:
? Mahasiswa akan memiliki banyak informasi, berupa pengetahuan, pengalaman, atau ide berkaitan dengan teknologi pendidikan yang datang dari bawah (mahasiswa) disamping dari tulisan-tulisan kita tentunya. Sehingga Tpers.Net menjadi sumber belajar bagi tidak hanya Tpers UNJ tapi mungkin Tpers lainnya atau bahkan orang lain yang bukan TP, karen sifatnya publik (di internet, siapapun bisa buka).
? Dari sisi konstruktifism, pola seperti skenario diatas itu akan menguntungkan mahasiswa. Karena mereka dapat menuangkan kembali ide atau pemahamannya tentang sesuatu konsep yang berkaitan dengan mata kuliah TP, dengan cara dan gaya mereka sendiri, serta memperoleh umpan balik dari pembaca lainnya termasuk kita sebagai dosen (fasilitator).
? Pola seperti ini pula akan mengajarkan kepada mereka secara tidak langsung bahwa sebagai sebagai mahasiswa kita harus tetap ”open minded” saling berbagi (share) pengetahuan dengan dan kepada siapa saja.
? Secara tidak langsung, akan mengajarkan kepada mahasiswa untuk tidak berbudaya plagiarism. Karena ia dipaksa untuk melakukan “paraphrase” terhadap apa yang telah ia baca dan kaji dengan bahasa dan cara berbeda atau mungkin ilustrasi yang berbeda.
? Tulisn-tulisan yang ada dalam blog yang datang dari semua mahasiwa tersebut akan dilihat dan dibaca banyak orang, bahkan non-Tpers. Sehingga,pada akhirnya akan membantu memperkenalkan TP ke dunia luar, khususnya di Indonesia.
? Akhirnya ketika orang ingin tahu tentang Teknologi Pendidikan, maka ia akan membuka blog tpers.net tersebut. Sama halnya ketika orang ingin tahun tentang komputer, maka ia buka ilmukomputer.com. atau ketika ingin tahu tentang definisi sesuatu maka ia buka wikipedia.com. atau jika ingin tahu bagaimana sesuatu bekerja maka ia buka howstuffwork.com. atau ketika ingin tahu tentang psikologi maka ia buka psikologi.net.
? Mahasiswa akan memiliki banyak informasi, berupa pengetahuan, pengalaman, atau ide berkaitan dengan teknologi pendidikan yang datang dari bawah (mahasiswa) disamping dari tulisan-tulisan kita tentunya. Sehingga Tpers.Net menjadi sumber belajar bagi tidak hanya Tpers UNJ tapi mungkin Tpers lainnya atau bahkan orang lain yang bukan TP, karen sifatnya publik (di internet, siapapun bisa buka).
? Dari sisi konstruktifism, pola seperti skenario diatas itu akan menguntungkan mahasiswa. Karena mereka dapat menuangkan kembali ide atau pemahamannya tentang sesuatu konsep yang berkaitan dengan mata kuliah TP, dengan cara dan gaya mereka sendiri, serta memperoleh umpan balik dari pembaca lainnya termasuk kita sebagai dosen (fasilitator).
? Pola seperti ini pula akan mengajarkan kepada mereka secara tidak langsung bahwa sebagai sebagai mahasiswa kita harus tetap ”open minded” saling berbagi (share) pengetahuan dengan dan kepada siapa saja.
? Secara tidak langsung, akan mengajarkan kepada mahasiswa untuk tidak berbudaya plagiarism. Karena ia dipaksa untuk melakukan “paraphrase” terhadap apa yang telah ia baca dan kaji dengan bahasa dan cara berbeda atau mungkin ilustrasi yang berbeda.
? Tulisn-tulisan yang ada dalam blog yang datang dari semua mahasiwa tersebut akan dilihat dan dibaca banyak orang, bahkan non-Tpers. Sehingga,pada akhirnya akan membantu memperkenalkan TP ke dunia luar, khususnya di Indonesia.
? Akhirnya ketika orang ingin tahu tentang Teknologi Pendidikan, maka ia akan membuka blog tpers.net tersebut. Sama halnya ketika orang ingin tahun tentang komputer, maka ia buka ilmukomputer.com. atau ketika ingin tahu tentang definisi sesuatu maka ia buka wikipedia.com. atau jika ingin tahu bagaimana sesuatu bekerja maka ia buka howstuffwork.com. atau ketika ingin tahu tentang psikologi maka ia buka psikologi.net.
TANTANGAN
Skenario di atas membutuhkan kefamiliaran dalam hal komputer dasar dan internet baik dari sisi dosen dan mahasiswa. Dalam kasus di atas, skenario tersebut tidak berhasil dengan baik bagi mahasiswa kelas alih program dibandingkan dengan mahasiswa regular. Mahasiswa alih program, sebagian besar adalah mereka yang telah bekerja dan dilihat dari sisi umur relaif anatar 30 – 40 tahun. Ketika skeanrio ini ditawarkan kepada dosen lain, tidak ada yang berminat kecuali empat orang dosen lain yang sudah familiar dengan komputer dan internet.
Hal lain yang mungkin juga akan memberatkan dosen adalah masalah pekerjaan tambahan. Kalau semula setelah perkuliahan tatap muka dianggap kewajiban mengajar tekah selesai, dengan scenario di atas dosen harus meluangkan waktu ekstra untuk memberikan umpan balik terhadap setiap tulisan (posting) mahasiswa, menjawab e-mail dan melayani chatting dengan mahasiswa. Bahkan, penulis mengalami harus melayani chatting dengan mahasiswa program studi teknologi pendidikan lain dari universitas lain.
Skenario di atas adalah contoh penerapan e-learning yang sederhana, bahkan mungkin sangat sederhana dan jauh dari sempurna. Contoh yang lebih kompleks adalah dengan menggunakan course / learning management system seperti WebCT, blackboard, SAKAI, moodle dan lain. Saya yakin dengan menggunakan blogpun kita dapat mengoptimalkan pembelajaran yang lebih bersifat konstruktifistik. Pertanyaannya, maukah kita mencoba hal yang baru, dari hal yang sederhana, mulai saat ini? mudah-mudahan, skenario ini dapat menjadi inspirasi buat kita semua ….
Viewed 386 times by 146 viewers
◊ Category: Instructional Technology, e-learning | ≠
Topik Serupa
- Technology as Knowledge: Implications for Instruction | 12 May, 2008
- Enhancing Critical Thinking through Collaborative Learning | 12 May, 2008
- Reformasi Sistem Pendidikan Nasional | 9 May, 2008
- Problem Based Learning: an Overview | 7 April, 2008
- Dibalik Kesuksesan Moodle | 15 March, 2008
If you liked this entry, you might as well have a look at older posts, subscribe to my posts via mail, the RSS feed or read one of the latest articles.
Please leave your comment and let me know what you think about my topics.